AWAL KEJADIAN MANUSIA MENURUT ALQURAN
Orang-orang yang beriman tentu menyakini, awal kejadian manusia berasal dari tanah dimana Allah telah menciptakan manusia pertama kali yakni nabi Adam as. Sebagaimana tertuang dalam Q.S Shaad ayat 71 yang artinya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”
Lalu dari penciptaan nabi Adam, Allah menciptakan Hawa, hingga akhirnya manusia bisa berkembang besar seperti halnya sekarang. Hal tersebut dijelaskan Allah dalam Q.S An-Nisaa’ ayat 1 yang artinya, “Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Asal muasal manusia adalah dari tanah, namun sudahkah pembaca Respon tahu unsur-unsur kimia dalam tanah yang digunakan Allah untuk menciptakan manusia? Berdasarkan e-book terbitan Pustaka Online Media ISNET, tanpa dinyana Allah telah menerangkan unsur-unsur kimia tersebut. Jauh sebelum manusia menemukan adanya proses persenyawaan kimia, nabi Muhammad SAW ternyata sudah menerangkan asal kejadian manusia ditinjau dari ilmu kimia berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Dalam kitab Al-Qur’an ada yang menyebutkan asal kejadian manusia terdiri dari 7 macam kejadian. Kejadian proses kimiawi yang pertama dapat dilihat dalam Q.S Ar-Rahman ayat 14 yang artinya, “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” Arti kata ‘tanah kering’ (Bahasa Arab : Shal-shal) dalam ayat ini merupakan tanah kering atau tanah setengah kering yakni Zat Pembakar atau Oksigen. Dalam ayat tersebut juga diterangkan mengenai ‘tembikar’ (Bahasa Arab : Fakhkhar) yang berarti adalah Zat Arang atau Carbonium.
Shal-shal (Oksigen) dan Fakhkhar (Carbonium) nantinya akan berkumpul dengan senyawa-senyawa lain untuk membentuk senyawa baru. Senyawa lain yang dimaksud, tertuang dalam Q.S Al-Hijr ayat 28 yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Arti kata ‘lumpur hitam’ (Bahasa Arab : Hama’in) dalam ayat ini merupakan Zat Lemas atau Nitrogenium.
Penelusuran adanya senyawa lain tidak berhenti sampai disini. Dalam Q.S As-Sajadah ayat 7 yang artinya, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”, dijelaskan bahwa arti kata ‘tanah’ (Bahasa Arab : Thien) ini merupakan atom Zat Air yang dalam hal ini adalah Hidrogenium.
Proses persenyawaan terjadi antara Fakhkhar (Carbonium), Shal-shal (Oksigen), Hama’in (Nitrogenium) dan Thien (Hidrogenium) dengan senyawa lain yang terdapat dalam Q.S Ash-Shaafaat ayat 11 yang artinya, “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” Arti kata ‘tanah liat’ (Bahasa Arab : Lazib) dalam ayat ini merupakan zat-zat anorganis seperti Zat Besi atau Ferrum, Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan. Dari proses persenyawaan tersebut terbentuklah zat yang dinamai protein.
Zat yang dinamai protein inilah yang nantinya tersebut dalam Q.S Ali Imran ayat 59 yang artinya, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” Arti kata ‘tanah’ (Bahasa Arab : Turab) dalam ayat ini merupakan unsur-unsur zat asli yang terdapat dalam tanah atau yang biasa dikenal dengan zat-zat anorganis.
Salah satu diantara zat-zat anorganis yang dipandang penting ialah Zat Kalium yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, terutama di dalam otot-otot. Zat Kalium dipandang penting karena berperan dalam proses hayati, yakni pembentukan badan halus. Proses proteinisasi kemudian menjelma menjadi proses penggantian atau subtitusi. Setelah mengalami substitusi, kemudian akan terbentuk electron-electron Cosmic yang mewujudkan pembentukan (formasi) atau juga disebut sebagai Causa Formatis (sebab ujud).
Adapun sinar Cosmic itu merupakan sinar yang mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Dengan mudah sinar Cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah) yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan lain sebagainya.
Lalu Allah menyempurnakan kejadian itu sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hijr ayat 29 yang artinya, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Dalam Q.S As-Sajadah ayat 9 juga diterangkan yang artinya, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Subhanallah, begitu sempurnanya penciptaan Allah. Allah menciptakan Adam dengan proses persenyawaan yang sedemikian rumitnya. Sangat ironis ketika sebagian besar manusia justru tidak mensyukurinya. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Mu’minuun ayat 78 yang artinya, “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
Orang-orang yang beriman tentu menyakini, awal kejadian manusia berasal dari tanah dimana Allah telah menciptakan manusia pertama kali yakni nabi Adam as. Sebagaimana tertuang dalam Q.S Shaad ayat 71 yang artinya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”
Lalu dari penciptaan nabi Adam, Allah menciptakan Hawa, hingga akhirnya manusia bisa berkembang besar seperti halnya sekarang. Hal tersebut dijelaskan Allah dalam Q.S An-Nisaa’ ayat 1 yang artinya, “Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Asal muasal manusia adalah dari tanah, namun sudahkah pembaca Respon tahu unsur-unsur kimia dalam tanah yang digunakan Allah untuk menciptakan manusia? Berdasarkan e-book terbitan Pustaka Online Media ISNET, tanpa dinyana Allah telah menerangkan unsur-unsur kimia tersebut. Jauh sebelum manusia menemukan adanya proses persenyawaan kimia, nabi Muhammad SAW ternyata sudah menerangkan asal kejadian manusia ditinjau dari ilmu kimia berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Dalam kitab Al-Qur’an ada yang menyebutkan asal kejadian manusia terdiri dari 7 macam kejadian. Kejadian proses kimiawi yang pertama dapat dilihat dalam Q.S Ar-Rahman ayat 14 yang artinya, “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” Arti kata ‘tanah kering’ (Bahasa Arab : Shal-shal) dalam ayat ini merupakan tanah kering atau tanah setengah kering yakni Zat Pembakar atau Oksigen. Dalam ayat tersebut juga diterangkan mengenai ‘tembikar’ (Bahasa Arab : Fakhkhar) yang berarti adalah Zat Arang atau Carbonium.
Shal-shal (Oksigen) dan Fakhkhar (Carbonium) nantinya akan berkumpul dengan senyawa-senyawa lain untuk membentuk senyawa baru. Senyawa lain yang dimaksud, tertuang dalam Q.S Al-Hijr ayat 28 yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Arti kata ‘lumpur hitam’ (Bahasa Arab : Hama’in) dalam ayat ini merupakan Zat Lemas atau Nitrogenium.
Penelusuran adanya senyawa lain tidak berhenti sampai disini. Dalam Q.S As-Sajadah ayat 7 yang artinya, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”, dijelaskan bahwa arti kata ‘tanah’ (Bahasa Arab : Thien) ini merupakan atom Zat Air yang dalam hal ini adalah Hidrogenium.
Proses persenyawaan terjadi antara Fakhkhar (Carbonium), Shal-shal (Oksigen), Hama’in (Nitrogenium) dan Thien (Hidrogenium) dengan senyawa lain yang terdapat dalam Q.S Ash-Shaafaat ayat 11 yang artinya, “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” Arti kata ‘tanah liat’ (Bahasa Arab : Lazib) dalam ayat ini merupakan zat-zat anorganis seperti Zat Besi atau Ferrum, Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan. Dari proses persenyawaan tersebut terbentuklah zat yang dinamai protein.
Zat yang dinamai protein inilah yang nantinya tersebut dalam Q.S Ali Imran ayat 59 yang artinya, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” Arti kata ‘tanah’ (Bahasa Arab : Turab) dalam ayat ini merupakan unsur-unsur zat asli yang terdapat dalam tanah atau yang biasa dikenal dengan zat-zat anorganis.
Salah satu diantara zat-zat anorganis yang dipandang penting ialah Zat Kalium yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, terutama di dalam otot-otot. Zat Kalium dipandang penting karena berperan dalam proses hayati, yakni pembentukan badan halus. Proses proteinisasi kemudian menjelma menjadi proses penggantian atau subtitusi. Setelah mengalami substitusi, kemudian akan terbentuk electron-electron Cosmic yang mewujudkan pembentukan (formasi) atau juga disebut sebagai Causa Formatis (sebab ujud).
Adapun sinar Cosmic itu merupakan sinar yang mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Dengan mudah sinar Cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah) yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan lain sebagainya.
Lalu Allah menyempurnakan kejadian itu sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hijr ayat 29 yang artinya, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Dalam Q.S As-Sajadah ayat 9 juga diterangkan yang artinya, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Subhanallah, begitu sempurnanya penciptaan Allah. Allah menciptakan Adam dengan proses persenyawaan yang sedemikian rumitnya. Sangat ironis ketika sebagian besar manusia justru tidak mensyukurinya. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Mu’minuun ayat 78 yang artinya, “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar