Amru bin Harith meriwayatkan bahwa Rasulullah saw ketika wafat tidak meninggalkan dinar, dirham, hamba sahaya lelaki atau perempuan, dan tiada sesuatu apa pun, kecuali keledai yang putih yang biasa dikenderainya dan sebidang tanah yang disedekahkan untuk kepentingan orang rantau. (Bukhari)
Nabi Muhammad Rasulullah saw selama hidupnya adalah seorang pribadi sederhana. Meskipun memiliki kekuasaan yang besar, tak terbersit pun dalam diri beliau memanfaatkannya untuk memiliki harta yang berlimpah. Kesederhanaan Rasulullah saw tidak sebatas pada sikap beliau yang memang sangat sederhana, tetapi juga pada apa yang dimilikinya. Hal itu beliau tampakkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Rasulullah saw bersabda,"Tiada hak bagi seorang anak Adam dalam semua hal ini kecuali rumah tempat tinggal, baju yang menutup auratnya, roti kering dan air." (Tarmidzi)
Ibnu Abbas menceritakan bahwa terkadang Rasulullah s.a.w beserta keluarganya tidak makan beberapa malam, karena tidak ada yang akan dimakannya dan kebanyakan makanan mereka terdiri dari roti dan tepung gandum. (Tarmidzi)
Dalam kehidupan dunia yang cenderung semakin materialistis ini, sikap sederhana adalah sesuatu yang langka. Banyak orang cenderung mempertontonkan kemewahan dan berlebihan dengan apa yang mereka miliki. Banyak orang merasa tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka miliki. Mereka berlomba-lomba menumpuk harta dan kekayaan. Mereka seakan tidak puas dengan apa yang telah mereka miliki. Ketika mereka telah diberikan oleh Allah kendaraan berupa motor, mereka ingin memiliki mobil. Ketika sudah terpenuhi, mereka berusaha memiliki mobil yang lebih mewah. Begitu pula ketika Allah telah memberinya rizki berupa rumah, banyak orang cenderung ingin memiliki rumah lebih mewah lagi.
Perilaku di atas sering kali menjerumuskan manusia pada perilaku-perilaku yang bertentangan dengan syariat Islam. Ketika manusia cenderung berperilaku berlebih-lebihan, sering kali pula manusia dibutakan matanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan berupa tindakan korupsi dan bentuk kejahatan lainnya.
Padahal, esensi dari kesederhanaan adalah adanya rasa cukup pada dirinya dengan apa yang diterimanya. Hidup Sederhana adalah hidup tidak berlebih-lebihan, tidak bersikap mempertontonkan kemewahan di kalangan khalayak. Hidup sederhana juga berarti ada sifat qana’ah dan senantiasa berlaku adil serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt. Sikap hidup sederhana juga berarti bersikap secara proporsional, menempatkan sesuatu pada tempatnya, menggunakan harta yang dimilikinya untuk kepentingan dan kemaslahatan umat, senantiasa berinfak dan berzakat.
"Beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, penghidupannya sederhana dan merasa cukup (qana'ah) dengan apa yang ada" (Muslim)
Dalam berperilaku hidup sederhana bukan berarti tidak diperkenankan memiliki harta kekayaan. Namun, dalam hak kepemilikan harta kekayaan harus didapatkannya sesuai dengan aturan yang digariskan dalam syar’iah terutama yang halalan thoyyiba, bersih dari suap menyuap, terhindar dari segala bentuk batil dan kefasikan, atau jauh dari norma-norma Islam, tidak cacat secara syar’i, tidak ada kerakusan, tidak minta-minta apalagi mengemis yang dapat menjatuhkan martabat secara pribadi, atau kolektif. QS Al Baqarah (2):168
Oleh karenanya, sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita mengedepankan hidup sederhana dengan cara berperilaku hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam kepemilikan, dan senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar